Jambi, Politika – Empat orang guru di Desa Aur Duri, Kecamatan Nalo Tantan, Kabupaten Merangin, Jambi, harus mempertaruhkan keselamatan mereka setiap hari demi menjalankan tugas sebagai pendidik. Mereka terpaksa melintasi jembatan gantung yang rusak parah untuk sampai ke sekolah tempat mereka mengajar.
Jembatan sepanjang sekitar 100 meter yang menjadi satu-satunya akses tercepat menuju sekolah itu mengalami kerusakan serius sejak beberapa bulan terakhir. Salah satu tali penyangga utama jembatan bahkan telah putus, membuat para guru dan siswa harus bergelantungan di tali penopang yang tersisa saat menyeberang sungai.
“Anak-anak dan guru terpaksa berpegangan erat pada tali jembatan agar tidak jatuh ke sungai. Kami sudah beberapa kali mengusulkan perbaikan, tapi belum ada tindak lanjut,” ujar Gardi, salah satu warga setempat.
Meski terdapat jalur alternatif, rutenya jauh lebih panjang dan tidak efektif ditempuh setiap hari. Kondisi ini membuat jembatan gantung yang rusak tetap menjadi pilihan utama bagi guru dan siswa, meskipun berisiko tinggi.
Pemerintah desa setempat telah melaporkan kondisi jembatan kepada pemerintah kabupaten. Namun, hingga kini belum ada perbaikan karena terkendala anggaran.
Kisah perjuangan para guru di pedalaman Jambi ini kembali membuka mata banyak pihak tentang pentingnya pemerataan infrastruktur, khususnya di sektor pendidikan. Dedikasi mereka menjadi simbol semangat mengabdi di tengah keterbatasan.

Pemerintah Bentuk Satgas Khusus Berantas Premanisme
Riyan
/
11 May 2025